Jumat, 02 Maret 2012

Putih Abu-Abu Part 1

Putih Abu Abu
(part 1)
by R.M Farikho
Aku tak tahu mengapa banyak orang beranggapan bahwa masa SMA  adalah saat- saat terindah dalam hidup. Bukankah saat itu kita dipaksa untuk mengerti dan mencoba untuk berpikir dewasa padahal kita masih ingin bermain bola sampai sore tanpa perlu memikirkan tumpukan-tumpukan pekerjaan rumah yang diberikan guru pagi itu.
Hari ini, mentari menampakkan cahayanya tanpa malu-malu menemani aku yang akan menggapai sebuah hari terangku, menunggu sebuah cerita baru yang akan hadir, mulai sekarang juga.
Ku rapikan baju putih yang ku padukan dengan celana panjang hitam. Ku pasangkan dengan dasi bergaris putih berbintang kecil di ujungnya. Terpantul sosok laki-laki, sekitar 180 centimeter, bertubuh kurus yang mengikat dasi. Terulas senyuman yang lebar, senyuman terbaik yang pernah ku perlihatkan.
Jam tangan menunjukkan pukul 08.00, anak-anak berseragam memenuhi pintu masuk gedung. “di mana Rama?” mataku menyapu seluruh bagian ruang. Tidak ada sosok orang ‘bersinar’ yang ku cari. Penampilan gila dengan pakaian OSIS lusuh dan celana abu-abunya yang memudar dan terkesan liar tanpa setrika. Dan sekarang Rama benar-benar gila, karena ia telat di saat yang penting, tidak tepat sekali!
Kekesalanku berubah menjadi senyuman, saat ku lihat bayangan samar laki-laki kurus kering itu berlari dari arah parkiran dan melempar begitu saja tas merahnya. “Widi…tadi aku liat preman terminal yang garang lagi makan gethuk warna pink lagi.” Tertawanya yang lebar memamerkan giginya. Ku tahan rasa tawa, saat ku lihat Pak Edi menampangkan wajah segarang preman. Ku langkahkan kakiku gontai, karena mengenang memori itu. Sebuah janji yang  kau ingkari sendiri. Perlahan air mataku jatub perlahan, meluncur memeluk bumi bersama hilangnya kawanku “berlian hitam
Sekarang hari Senin bukan? Bukankah sekarang seharusnya kita berada di kelas? Bukankah kita juga harus berseragam putih abu-abu? Tapi, kita gantungkan baju kebanggaan, kita biarkan kelas sunyi tanpa riuhan ramai. Aku ingin bercerita tentang itu semua, bagaimana bangganya saat pertama kali aku mengenal semuanya. Aku ingin bercerita tentang kita, walau hanya sebuah memori putih abu-abu. Walau Si ‘bersinar’ telah pudar cahayanya. Yang hanya menilaskan cerita di balik baju putih abu-abu lusuhnya. Yang dimulai Januari lalu. bersambung.....

NB : kritikan anda sangat berharga^^