Selasa, 30 Agustus 2011

Minus Lima

Kado Ulang tahun yang sederhana untuk kawanku tercinta
(sweet 17)
Saat Aku Suka Bola


Aku tak menyangka pelajaran terakhir hari ini akan mengantukkan, frekuensi gelombang suara Pak Jak yang masuk kategori super pun mampu meninabobokan aku yang duduk di barisan depan. Badan beliau yang besar dengan kumis tebalnya dan gaya bicaranya yang terlampau keras, menjadikannya guru yang ditakuti. Ditambah mata pelajaran yang diajarkan, ‘Fisika’. Tapi setidaknya mereka lebih beruntung karena hanya bertemu fisika seminggu dua kali sedangkan aku? Setiap hari soal-soal fisika adalah makananku, menyuapi pikiranku. Ditambah dengan adanya medan magnetik aneh saat ada cowok keriting, tinggi, dan putih itu.

Lyla, ini soal materi optika geometri. Besok pagi, Bapak tunggu jawabannya di meja bapak.” Kata penutup dari pidato fisika yang lebar. “Cie..yang olimpiade fisika?” Plak! Kertas kumpulan soal melayang di kepala Gaga, “Rasakan! Tapi gak sakit kan? Soalnya aku hanya menggunakan tenaga beberapa newton kok.”
Hanya selisih beberapa waktu saja, kelas ini sudah kosong. Hanya ada aku sendiri, berkutat dengan gambar lensa, kaca, pembiasaan, pemantulan. Jam tangan menunjukkan pukul 16.00, ku putuskan untuk menyelesaikannya di bawah pohon asem pinggir lapangan sepak bola. Soal nomer lima belas. “Jika ada anak memakai kacamata minus lima, dan titik jauhnya 5 cm, Apakah solusi agar ia mampu melihat dengan jelas!”
Ku lepaskan kacamata minus ini. Ternyata, lensa ini cukup tebal juga. Mengapa mirip dengan kasus dia? Minus lima. Kacamata ini juga minus lima. Ku amati lagi lensa negatif yang bertitik fokus 20 cm. Terbentuk bayangan yang semu, maya dan tegak. Anak laki-laki dengan no punggung 10 memegang bola dan tersenyum. Travi Sandoro. Kapten tim bola yang mempunyai minus lima, selain aku. Ya, lima kejelekanya yang membuat anak fisikapun tak mampu berpikir, dalam artian ‘membodohi’.

Minus 1
Kejelekan pertama mu, kakak Travi Sandoro tercinta adalah tidak menyapaku saat kita bersama mengantre jus jambu merah. Apa retina matamu tidak mampu menangkap bayangan ku? Jelas-jelas aku tersenyum, dan berharap sedikit respon positif darimu. Dan kamu hanya melengos pergi meninggalkan uang dua ribuan di meja kasir.

Minus 2
Hari berikutnya, di tempat yang sama, ‘kantin’. Bersama gerombolan anak bola yang lain, kau masuk ke kantin yang salah. Mengapa kau tidak memilih tempat yang lain? Apakah kau memang ingin membuat pikiranku rancu? menghilangkan rasa lapar karena frekuensi gelombang rasaku padamu yang lebih kuat.
Apalagi saat kau memintaku mengambilkan sedotan merah di hadapanku, “Dek, tolong sedotannya!” Suapan pertama nasi gorengku pun gagal karena instruksimu yang mampu menghentikan aliran energi dalam tubuhku.

Minus 3
Kak, apakah panasnya energi hatiku tak pernah kau sadari. Bodoh kamu kak, seharusnya kamu menyapaku terlebih dahulu saat kita bertemu di depan tangga kelasku sebulan yang lalu. Mataku yang miopi juga selalu mengikuti bayanganmu bahkan saat aku di lantai dua, aku masih melihatmu masuk ke ruang BP walau dengan celah genting sepuluh centimeter. Dan kau tak sadari!Uchgh

Minus 4
Dua hari sebelum Ujian Nasional, kau meminta maaf karena tiga minusmu. Tapi, dengan bersama-sama dengan anak kelas tiga yang lain. Itu hanya menambah minus empat. Mengajak berjabat tangan, “Maafkan ya dik! Mohon doa supaya lulus!” Menganggu sekali apalagi dengan wanginya tanganmu yang sampai saat ini aku masih ingat.

Minus 5
Kejelekanmu, kekuranganmu, dan kelemahanu, bahkan kebodohanmu. Kita berpapasan, berjalan dengan jalur yang berbeda, seperti arah aliran lisrik dan elektron di depan laboratorium IPS. Dan kau hanya terseyum saja ‘titik’.
Dik Lyla, mau pulang bareng gak?”. Termometer tubuhku merasakan suhu minus lima hatimu, yang perlahan hangat. Dengan senyumanmu, dan ajakan pulang bersama, apakah mampu mempositifkan minus lima pikiranku tentangmu. Atau hanya akan menambah daftar minus, karena kau hanya pura-pura peduli denganku, karena kau memintaku menonton pertandingan terakhirmu di SMA ini.
“Baiklah, tapi beri tahu aku berapa sudut elevasi hingga tercipta gol kemenangan tadi? Seharunya sudutnya itu 45 derajat pasti dari luar kotak penalti bisa langsung masuk, ya kan?””Bisa aja, dik!” Tertawa kita mengema dan sedikit gaung. Mengakhiri catatan ‘minus lima’ tentang seorang Travi Sandoro, atau sebenarnya jurnal semua kebodohan seorang Lyla Khairani.

Purworejo, 6 Juni 2011
Terima Kasih kawanku :)

Leave your comment here:
twitter : @Fari_R10A
facebook : Farii Ch

Jumat, 26 Agustus 2011

Bukan Minus Lima

Mengapa Aku Suka Kamu?

Aku mengakui kebohonganku. Kau tidak pernah mengirim satupun sms, tidak pernah mengajakku bertemu atau hanya menyapa ku. Status kita sekarang juga berbeda, aku hanya anak kecil dengan rok abu-abu, dan kau sekarang bukan lagi anak SMA penuh kepopuleran karena ku dengar, kau telah memilih studi di universitas luar kota.
Hari yang dingin, ku rapatkan selimutku lagi, hari masih pagi. “Matahari, Surya, Sun, dan kawananya kuharap pagi ini janganlah kau muncul dahulu, aku terlalu lelah tadi malam.” doaku. Hanya selang beberapa sekon saja, selimut wol hangat merah jambu itu raib, “Meiga!!!”
“Makanya kalau malam jangan begadang terus, jadi ragu apakah si Lyla jelek ini bisa nusul ke Bandung?? hahahahaha” gema suara jelek Meiga menggema di mobil sport yang melesat dengan akselerasi tinggi. Meiga, kakak ku yang terhormat, mahasiswa ITB yang rese tapi tidak berperi kemanusian dan keadikan.
Bruk, inersia tubuhku saat tiba-tiba mobil berkelajuan nol. “Sial, bannya bocor, Lyla kamu pulang dulu aja naik angkot, sekalian nanti belikan jus jambu.” Masih dengan hukum Newton pertama, rasanya malas sekali, memberikan gaya pada pintu, menahan gaya gesekannya yang berlawanan dengan bidang, dan pikiranku yang menambah berat hidupku.
Ku lambaikan tanganku saat retina mataku menangkap dengan tepat dengan bantuan kacamata minus sebuah angkot merah yang melaju perlahan, bersama iringan musik mesin yang aus. Angkot itu berhenti tepat di hadapanku, sebenaranya ada kesalahan paralaks karena aku melihat angkot itu dengan sudut. Ya, anggap saja, angkot benar-benar tepat. Lupakan! Tidak penting.
Radiasi matahari terasa membakar kulitku, perjalanan masih jauh ditambah dengan gerak angkot terhadap jalan yang menurutku lamban. Apa karena gaya gesekan yang lebih besar daripada gaya tarik mesin tua itu. Ngacol! Ku rogoh saku berlabel lambang OSIS, nihil. Ku masukan tangganku ke dalam tas merah, mencari lembaran uang bergambar Pangeran Travi, ehem. Maksudku Pangeran Antasari.
Ku tarik kertas yang ku cari, dan bukannya uang dua ribuan, tapi ulangan fisikaku yang penuh lipstick merah. Angka empat itu menari indah, mengejekku dengan merahnya. Ku sisipan lembaran kertas itu ke dalam buku jurnalku. Membuka lembaran jurnal ini sama sekali tidak membuat lebih baik, wajahnya yang terbayang semu dalam kacamata hatiku, Travi Sandoro. Bahkan wajah imut itu terpantul sempurna selayaknya cermin datar di kertas ulangan fisikaku.
“Ini, bukan minus lima lagi, jurnal bodoh!”
Bodoh..bodoh..bodoh, bodoh sekali kamu Lyla. Ku remas kertas ulangan itu, mataku melotot, wajahku gemes, anak kecil yang duduk di sampingku menjauh, dan mengalihkan padangannya seperti melihat orang kesetanan.
Mungkin anak tanpa dosa itu melihat muka bodohku yang meremas kertas ulangan, memukul kepala sendiri, hanya dengan satu tujuan, “melupakan Travi Sandoro.”
Kami saling berebut oksigen di angkot tua ini, sekitar empat belas orang saling berjubel, dan di sana juga ada aku. Gerah sekali rasanya, tapi di suasana yang tidak kondusif ini aku masih saja bertanya, “Mengapa aku suka kamu?” Jurnal biru itu terbuka, membuka 4 dasar hukum yang mampu menjelaskan semuanya, kararkteristik hukum fisika menurut Davies.
1. Benar
Menyukaimu adalah kebenaran bukan kesalahan. Tak ada larangan dalam undang-undang manapun, tak ada jaksa yang akan menuntut ku karena menyukaimu dan tak akan ada hakim yang akan memutus perkara cinta ini.
2. Universal
Dimanapun rasanya sama, jantung yang berdetak cepat, berakselerasikan tinggi, inersia yang besar saat aku menonton setiap permain bolamu, bahkan sampai kau selesai. Membuatku malu, saat kau menghampiriku, “Kenapa gak pulang dek? Belum dijemput ya? Mau Bareng gak?” hanya gelengan kepala bodoh ini, karena ku lihat Kak Meiga bergerak menuju pijakan kakiku.
Dan rasa suka ku ini akan sama dimanapun aku berada.
3. Mutlak
Cintaku mutlak titik.
4. Kekal
Dasar yang terakhir memang belum terwujudkan, tetapi saat angkot tiba-tiba berhukum newton satu lagi, pikiranku berubah. Kakek dan nenek renta memasuki angkot yang sesak ini perlahan, sang kakek menahan dengan tangan keriputnya uluran bantuan untuk nenek yang kesulitan naik angkot ini.
Akhirnya mereka dapat duduk berdampingan tepat dihadapanku, saling bergandengan tangan, dan tersenyum saat memergoki aku yang mencuri pandang lewat kacamata berdioptri minus lima. “Semoga itu aku dan kamu! Amin”

Leave your comment
twitter : Fari_R10A
fb : Farii Ch

Sabtu, 13 Agustus 2011

Baksos 2011, Ikhlaskah menolong sesama???? Part 1

manusia diciptakan dalam perbedaan, tapi tidak ada alasan untuk tidak menjadikan itu sebagai pemersatu #10

Baksos 2011 adalah proker (program kerja)OSIS/MPK masa bakti 2011/2012 di bawah seksi KBPL (Kepribadian Berbudi Pekerti Luhur) atau biasa dikenal juga sebagai KBPL (Keluarga Besar Paling Lucu) hehehe. Proker tahunan ini, insyaallah akan dilaksanakan pada tanggal 21 Agustus 2011 di desa Kedung Pomahan Wetan, Kecamatan Kemiri, kabupaten Purworejo.
Rancangan program ini dimulai dari rapat koordinasi pada tanggal 1 Agustus 2011, yang telah diawali dengan survei ke beberapa tempat di wilayah Purworejo.

Minggu, 30 Juli 2011


Di hari awal puasa ini dimanfaatkan oleh tim survei untuk melaksanakan misinya. Desa Kedung Pomahan Wetan adalah sasaran pertama. Bersama Idham, Ketut, Surya, Kun,Irsyadi Seti, Fari, dan Puput mengunjungi desa asli dari Pak Prijobekti, guru Pendidikan Kewarganegaraan, Sejarah, dan Pelatih Timnas ganesha. Jalanan berbatu, Bodol (rusak) dan menanjak tidak menyurutkan semangat kami yang bermental baja untuk kesuksesan program turunan dari kakak Muda Ganesha dan Ganesha Muda.
Matahari beranjak tinggi, dan hawa dingin mulai terasa saat rombongan feat pak Prijo melakukan observasi dilanjutkan wawancara dengan pamong desa. Walaupun, tidak ketemu Bapak Kepala Desa kami akhirnya terhibur dengan suguhan indomie goreng dan telor dadar, persembahan dari Prijo. makasih bapak..

Senin, 31 Juli 2011


Tidak cukup survei di satu tempat, rombongan part 2 yang terdiri dari Idham, Ketut, Surya, Kun, Mika, Osa, Seti, Manggar, Fari, Diana menuju Mangguljaya, Desa Cacaban Kidul,kecamatan Bener. Desa yang berbatasan sebelah barat dengan desa Benowo tempat LDK 2011 dilaksanakan 22-24 Juli lalu.Perjalanan menembus hutan pinus rimbun bertepikan jurang dan jalanan yang tidak kalah eksrrim dengan suvei pertama membuat rombongan berhati-hati. Tapi, adanya jalan bodol part 2 membuat Kun dan Diana jatuh. Alhamdulillah berkat niat ikhlas mereka untuk program ini, tidak terjadi apa-apa pada si korban.
Setelah puas wira-wiri dan wawancara dengan Kepala Desa, kami mohon pamit untuk kembali ke sekolah tercinta, SMA NEGERI 1 Purworejo.
Pukul 13.00, akhirnya kami sampai di sekolah dengan selamat. Sebagai manusia biasa, kami merasakan lapar dan dahaga yang sangat. Tiba-tiba Diana yang saat itu ulang tahun ( met milad mbak din, panjang umur Ibu! )melakukan syukuran. Dengan rasa syukur karena esok sudah Ramadhan, kami makan siang teras kelas depan Masjid Baitul Hikmah. Walau sederhana, hanya nasi bungkus dan air putih, makan siang lesehan itu terasa sangat spesial karena dibumbui kebersamaan, dan kekerabatan, atau sebenarnya karena sudah lapar sekali?? hehehehe

Hari menyenangkan di awal perjalanan kita kawan...
Tetap semangat untuk menjalani hari-hari SMA kita, karena SMA hanya sekali dalam hidup kita. Jangan pernah menyesali masa-masa bersama dalam satu ikatan keluarga, "Bersama Wujudkan SMANSA JAYA"


Akhir hari yang menyenangkan ^^

Kesimpulan : 1. Cerita ini hanya bagian awal dari Baksos 2011 dan masa depan kita, kawan!
2. Lanjutkan baca Baksos 2011, Ikhlaskah menolong sesama???? Part 2, ok kawan?

Kritik dan Saran ditunggu
Facebook >>>>> Farii Ch
Twitter >>>>> Fari_R10A


Jumat, 05 Agustus 2011

Solidaritas Ganesha Muda


Ganesha Muda bukan hanya memiliki kecerdasan intelektual tapi juga sosial

Kamis, 5 Agustus 2011
bismillahir rahmannirahim...
Pagi menyapa hangat bagi semua insan di hari ke lima bulan pernuh berkah, Ramadhan.membawa kebahagian dan ketentraman bagi yang bertakwa *amin*
jam tangan Levi's hijau di tanganku menunjukkan pukul 07.00, tak ada raut kecemasan terlambat, masih ada waktu 30 menit untuk mengayuh 'sepeda kakak' menuju sekolah tercinta, "SMAN 1 Purworejo". perjalanan ke sekolah melewati jalanan desa terasa berat, dengan adanya jalan tanjakan dan berbagai macam pikiran yang menari-nari di pikiranku yang mode error system, hehehhe
Berbagai macam deadline, renungan, impian, harapan, cita-cita, mengalun bersama lagu so sick yang didendang sepanjang Sambeng-Purworejo mode on error again Berbagai macam strategi untuk pembuatan karya selanjutnya, "OIS2011" untuk menuliskan tentang peran pemuda dalam pembangunan solidaritas di tanah air. sebuah tema yang menyentuh mengingat keadaan pemuda Indonesia saat ini.
teringat cerita sensei Bejo kemarin tentang Indonesia dimana banyak pemuda yang tawuran, tega saling pukul padahal mereka satu kesatuan, "BANGSA INDONESIA" terbesit pikiran untuk menuliskan tentang pembangunan sikap solider di jiwa ganesha muda (siswa SMAN 1 Purworejo).
Pukul 07.31, memasuki injury time. anak-anak masih ramai menunggu tadarus pagi. Juma'at ini ada yang berbeda, 'moving class'. Kelas xi ipa 5 (kelas ipa rasa ips) jam pertama adalah seni budaya yang diampu oleh Mr. Erwin.
tak ada materi untuk hari ini, Mr Erwin membuka sekolah hari ini dengan pencerahan tentang arti kecerdasan sosial, bisa dibilang tentang solidaritas, sangat sesuai dengan masalah untuk karya selanjutnya.
Beliau menceritakan sebuah ilustrasi tentang seorang muda ganesha (alumnus SMAN 1 Purworejo) yang dinyatakan lolos SNMPTN di prodi yang diingankan. Dan dia juga mendaftar simak UI untuk candangan. pertanyaannya adalah, "apakah kalian akan tetap mengikuti simak UI?"
semua nak terdiam, menjawab malu-malu karena mungkin karena faktor gurunya, heheeh. saya yang duduk pun menjawab lebih tepatnya keceplosan, "ya, saya ambil SNMPTN nya, soalnya saya pengen di ITB" semua anak tertawa dengan jawaban yang ngawur, lumayan lah saya dapat mencairkan suasana mencekam. setelah itu banyak jawaban bermunculan.
Dan pengin tahu jawaban yang tepat???
jawabannya adalah lebih baik dia membatalkan simak UI nya, karena seandainya dia hanya coba-coba dan diterima sedangkan akhirnya tidak diambil berarti dia telah egois membuang kesempatan untuk anak yang gak diterima. "udah bayar buat simak pak?" apalah arti dari uang 300ribu jika dibandingkan dengan teman yang masih belum mendapatkan sekolah. uang itu bisa didapatkan kembali, tetapi kesempatan?
Kesimpulannya : marilah kita latih solidaritas kita, untuk mencerminkan bahwa Ganesha Muda adalah sosok yang dapat dijadikan teladan.
Sukses untuk kita semua, semoga bermanfaat^^



Leave your comment
twitter>>>> @Fari_R10A
facebook>>> Farii Ch