Putih Abu Abu
(part 1)
by R.M Farikho
Aku tak tahu mengapa banyak orang beranggapan bahwa masa SMA adalah saat- saat terindah dalam hidup. Bukankah saat itu kita dipaksa untuk mengerti dan mencoba untuk berpikir dewasa padahal kita masih ingin bermain bola sampai sore tanpa perlu memikirkan tumpukan-tumpukan pekerjaan rumah yang diberikan guru pagi itu.
Hari ini, mentari menampakkan cahayanya tanpa
malu-malu menemani aku yang akan menggapai sebuah hari terangku, menunggu
sebuah cerita baru yang akan hadir, mulai sekarang juga.
Ku rapikan baju putih yang ku padukan dengan celana
panjang hitam. Ku pasangkan dengan dasi bergaris putih berbintang kecil di
ujungnya. Terpantul sosok laki-laki, sekitar 180 centimeter, bertubuh kurus
yang mengikat dasi. Terulas senyuman yang lebar, senyuman terbaik yang pernah
ku perlihatkan.
Jam tangan menunjukkan pukul 08.00, anak-anak
berseragam memenuhi pintu masuk gedung. “di mana Rama?” mataku menyapu seluruh
bagian ruang. Tidak ada sosok orang ‘bersinar’ yang ku cari. Penampilan gila
dengan pakaian OSIS lusuh dan celana abu-abunya yang memudar dan terkesan liar
tanpa setrika. Dan sekarang Rama benar-benar gila, karena ia telat di saat yang
penting, tidak tepat sekali!
Kekesalanku berubah menjadi senyuman, saat ku lihat bayangan
samar laki-laki kurus kering itu berlari dari arah parkiran dan melempar begitu
saja tas merahnya. “Widi…tadi aku liat preman terminal yang garang lagi makan
gethuk warna pink lagi.” Tertawanya yang lebar memamerkan giginya. Ku tahan
rasa tawa, saat ku lihat Pak Edi menampangkan wajah segarang preman. Ku
langkahkan kakiku gontai, karena mengenang memori itu. Sebuah janji yang kau ingkari sendiri. Perlahan air mataku
jatub perlahan, meluncur memeluk bumi bersama hilangnya kawanku “berlian hitam”
Sekarang hari Senin bukan? Bukankah sekarang
seharusnya kita berada di kelas? Bukankah kita juga harus berseragam putih
abu-abu? Tapi, kita gantungkan baju kebanggaan, kita biarkan kelas sunyi tanpa
riuhan ramai. Aku ingin bercerita tentang itu semua, bagaimana bangganya saat
pertama kali aku mengenal semuanya. Aku ingin bercerita tentang kita, walau
hanya sebuah memori putih abu-abu. Walau Si ‘bersinar’ telah pudar cahayanya.
Yang hanya menilaskan cerita di balik baju putih abu-abu lusuhnya. Yang dimulai
Januari lalu. bersambung.....
NB : kritikan anda sangat berharga^^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar